Skip to main content

30 Hari Mencari Ketenangan

Sumber: Dokumen Pribadi


Beberapa orang mungkin sudah melakukannya lebih dulu dan tentunya lebih baik ketimbang saya, tapi saya ingin tetap mencobanya.
_____________

Sebuah video di kanal youtube milik Matt d'avella berhasil mempengaruhi pikiran saya. Videonya tidak begitu rumit, sederhana saja. Matt hanya menjelaskan bahwa dia menjajal tantangan baru, 30 HARI TANPA MEDSOS. Matt juga memberi tantangan penontonnya untuk mencoba hal yang sama dengan yang dilakukannya. Terdengar mudah, tapi siapa sangka tidak bagi saya.

Matt melakukannya dengan menghapus aplikasi facebook, instagram, dan twitternya. Pada hari pertama beberapa kali ia terlihat masih mengecek gawai untuk membuka akun media sosialnya. Matt nampaknya masih mencoba beradaptasi. Singkat cerita, sebagaimana telah saya ceritakan sebelumnya, Matt mengajak kami -penontonnya- untuk mencobanya.

Maka pada 10 Februari 2019 lalu, genap 30 hari sudah saya menghapus media sosial kegemaran saya, instagram. Sejak memiliki akun untuk pertama kalinya pada 2016, baru kali ini saya benar-benar melupakannya dan tidak membukanya untuk 30 hari.

Berat? Ya, karena saya sudah kecanduan. Saya selalu usil menggunakan kesempatan membuka instagram untuk mencari baju, buku, makanan, jajanan hits, akun artis favorit saya, bahkan sekedar iseng mencari hal-hal dan informasi lain yang sebenarnya tidak sama sekali saya butuhkan.

Sampai suatu ketika saya mulai merasa penyakit lain yang lebih berbahaya daripada iseng-iseng. Iri hati dan membanding-bandingkan.

Scrolling dan stalking jadi kegiatan baru saya. Akun-akun teman, kakak kelas, dan organisasi lain jadi sasaran saya. Puas melihat sebuah postingan teman, saya selalu merasa bahwa apa yang sudah saya genggam sekarang sungguh tidak ada nilainya di mata saya. Saya mulai iri hati dan membanding-bandingkan apa yang saya miliki dengan milik orang lain. Saya kemudian merasa semakin tidak berguna.

Bukannya terpacu untuk berbuat lebih, saya justru sibuk merutuki nasib. Tidak lama setelahnya berubah menjadi hamba tanpa rasa syukur.

Kebiasaan iri dan membanding-bandingkan itulah yang mendorong saya melakukan puasa media sosial. Saya sudah lama tidak aktif di facebook, maka satu-satunya media sosial yang harus saya 'puasakan' hanyalah instagram.

10 Januari 2019 saya mantap menghapus aplikasi instagram saya. Apa yang saya rasakan?

Dua hari pertama saya masih sering membuka gawai dan belum bisa move on. Hari ketiga berjalan lancar sampai pada hari kesepuluh pertahanan saya jebol. Saya membuka instagram via browser. Dan melihat-lihat sebentar. Saya lalu menyesalinya.

Tapi alhamdulillah, sejak hari itu sampai 20 hari kemudian, saya berhasil menyelesaikan tantangan Matt yang sekaligus tantangan diri saya pribadi.

Senang? Bangga!
Bahkan sampai hari ketiga puluh satu, saya masih tidak membuka instagram. Saya juga menjadi pribadi baru yang tidak lagi memandang rumput tetangga selalu lebih hijau. Saya bisa merasakan kecemasan perlahan hilang hanya dengan mengurangi frekuensi mengecek gawai. Liburan semester terasa lebih hidup karena saya bisa menghabiskan waktu dengan bermain dan bukannya meringkuk di kamar sambil berselancar di internet.


Saya juga tidak merasa ketinggalan informasi, media lain seperti portal berita dan televisi (saat itu masa liburan semester) memberikan saya cukup informasi untuk dicerna. Lain kali saya akan mencoba tantangan 30 hari lainnya untuk diselesaikan.


Comments

Post a Comment